Keunikan Sejarah Rumah Adat Tradisional Kebaya Betawi DKI Jakarta
Rumah kebaya merupakan sebuah nama rumah budbahasa suku Betawi DKI Jakarta. Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang mirip pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat mirip lipatan kebaya.
Selain Rumah Kebaya, suku Betawi juga mempunyai rumah budbahasa lainnya. Seperti : Rumah Gudang dan Rumah Joglo. Meskipun suku Betawi mempunyai 3 rumah budbahasa akan tetapi yang tercatat secara resmi menjadi rumah budbahasa suku Betawi ialah rumah kebaya.
Ciri khas Rumah Adat Tradisional Kebaya
Ciri khas dari rumah ini ialah rumah ini mempunyai teras yang luas yang berkhasiat untuk menjamu tamu dan menjadi daerah bersantai keluarga.
Pada zaman dahulu, masyarakat betawi menciptakan sumur di depan rumahnya dan pemakaman yang berada disamping rumah.
Dan, dinding rumahnya terbuat dari panel-panel yang sanggup dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan biar rumah terasa lebih luas.
Rumah ini sanggup dibedakan menjadi 2 bab dari segi sifatnya , yakni bab depan bersifat semi publik, sehingga setiap orang sanggup melihat betapa asri dan sejuknya rumah tersebutDan yang kedua ialah bab belakang yang bersifat pribadi. Bagian ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang erat dari pihak pemilik rumah.
Struktur Rumah Adat Tradisional Kebaya
Dari sisi konstruksinya, rumah budbahasa Betawi terbilang mempunyai banyak keunikan. Beberapa keunikan tersebut antara lain sanggup dilihat dari bab pondasi, atap, pendopo, dinding, dan lain sebagainya. Berikut ini klarifikasi dari beberapa bab rumah tersebut.
1.Pondasi rumah terbuat dari susunan kerikil alam yang dibuat mirip umpak. Pondasi ini menyangga tiang-tiang rumah yang mengokohtegakan berdirinya bangunan
.
2.Atap umumnya terbuat dari material genteng tanah atau anyaman daun kirai, dibuat mirip pelana dengan kemiringan bab depan yang sangat rendah.
Material yang dipakai untuk menutup atap rumah ialah genteng atau atep (daun kirai yang dianyam), konstruksi kuda-kuda dan gording (balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda) memakai kayu gowok (Syzygium Polycephalum) atau kayu kecapi (Sandoricum Koetjape), balok tepi, terutama diatas dinding luar memakai kayu nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk yang sudah tua, sedangkan kaso (balok kayu dengan ukuran 4cm x 6cm atau 5cm x 7cm yang berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan ukuran 2cm x 3cm atau 3cm x 4cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng) memakai bambu tali, yakni bambu yang batangnya (setelah dibelah-belah) sanggup dijadikan tali. Bambu yang dipakai sebagai kaso ialah bambu utuh dengan diameter ± 4cm, sedangkan yang dipakai untuk reng ialah bambu yang dibelah.
3.Pendopo atau teras dibuat cukup luas dilengkapi meja kursi. Bagian teras dan luar rumah dipisahkan dengan susunan pagar kayu yang dibuat berbentuk segitiga simetris.
4.Konstruksi gording dan kuda-kuda terbuat dari material kayu gowok dan kayu kecapi, sedangkan balok tepi terbuat dari kayu nangka.
5.Kaso dan reng yang dipakai sebagai dudukan atap terbuat dari bambu tali. Kaso berupa bambu utuh, sedangkan reng berupa bambu yang dibelah 4.
6.Dinding terbuat dari material kayu nangka yang dicat memakai warna cerah, mirip kuning atau hijau.
Material yang dipakai untuk dinding depan ialah kayu gowok/kayu nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau Dinding rumah lainnya memakai materi anyaman bambu dengan atau tanpa pasangan bata dibagian bawahnya. Daun pintu/jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horizontal (jalusi ialah pintu yang memilik lubang udara pada pintu yang menciptakan sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruang yang tertutup, mirip pada kamar mandi) pada bab atasnya atau pada keseluruhan daun pintu/jendela.
7.Ada kalanya dinding juga terbuat dari anyaman bambu sepenuhnya, atau anyaman bambu yang dipadukan dengan dinding semen di separuhnya.
8.Daun pintu dan jendela dibuat berukuran lebar dengan lubang udara yang tersusun secara horizontal. Pintu semacam ini juga dikenal dengan istilah pintu jalusi.
9.Bahan yang dipakai untuk pondasi rumah ialah kerikil kali dengan sistem pondasi umpak (pondasi rumah/tiang yang terbuat dari batu) yang diletakkan dibawah setiap kolom, sementara untuk landasan dinding dipakai pasangan kerikil bata dengan kolon dari kayu nangka yang sudah tua.
Ragam Hias
Rumah Betawi umumnya mempunyai ragam hias yang sangat spesifik.Ragam hias ini biasa dibuat untuk dinding pembatas teras, untuk hiasan dinding, tapi terutama dipakai untuk menutup lubang ventilasi pada dinding depan
Fungsi Bagian Ruangan Rumah Adat Tradisional Kebaya
Setiap rumah niscaya mempunyai ruangan-ruangan yang dipakai untuk tujuan tertentu. Dan setiap ruangan tersebut ada yang bersifat pribadi atau untuk umum. Adapun ruangan yang ada di rumah Kebaya :
Teras depan daerah dingklik untuk tetamu serta bale-bale (kursi yang terbuat dari kayu jati) untuk bersantai dikenal juga dengan nama Amben. Ruang ini banyak dipakai oleh anggota keluarga.
Lantai pada teras depan ini diberi nama Gejogan. Ia wajib dibersihkan sebagai wujud penghormatan pada tamu. Gejogan atau lantai teras ini dianggap sakral atau dikaramatkan oleh masyarakat Betawi alasannya bekerjasama eksklusif dengan tangga berjulukan balaksuji, penghubung rumah dengan area luar.
Ruangan selanjutnya ialah kamar tamu yang juga dikenal dengan nama Paseban. Tepi paseban dipagari dengan pintu masuk di tengahnya.Pintu itu diberi gesekan dan tingginya sekitar 80 cm. Sedangkan tepi atapnya diberi renda mirip kebaya.Paseban berfungsi pula sebagai daerah ibadah.
Bagian selanjutnya dari rumah budbahasa Betawi ini ialah Pangkeng. Ia merupakan ruang keluarga yang dipisahkan oleh dinding-dinding kamar
ruang-ruang lain yang difungsikan sebagai ruang tidur.
Terakhir ialah dapur yang letaknya paling belakang. Dapur bagi orang Betawi dikenal dengan nama Srondoyan
Demikian Keunikan Sejarah Rumah Adat Tradisional Kebaya Betawi DKI Jakarta
Rumah kebaya merupakan sebuah nama rumah budbahasa suku Betawi DKI Jakarta. Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang mirip pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat mirip lipatan kebaya.
Selain Rumah Kebaya, suku Betawi juga mempunyai rumah budbahasa lainnya. Seperti : Rumah Gudang dan Rumah Joglo. Meskipun suku Betawi mempunyai 3 rumah budbahasa akan tetapi yang tercatat secara resmi menjadi rumah budbahasa suku Betawi ialah rumah kebaya.
Ciri khas Rumah Adat Tradisional Kebaya
Ciri khas dari rumah ini ialah rumah ini mempunyai teras yang luas yang berkhasiat untuk menjamu tamu dan menjadi daerah bersantai keluarga.
Pada zaman dahulu, masyarakat betawi menciptakan sumur di depan rumahnya dan pemakaman yang berada disamping rumah.
Dan, dinding rumahnya terbuat dari panel-panel yang sanggup dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan biar rumah terasa lebih luas.
Rumah ini sanggup dibedakan menjadi 2 bab dari segi sifatnya , yakni bab depan bersifat semi publik, sehingga setiap orang sanggup melihat betapa asri dan sejuknya rumah tersebutDan yang kedua ialah bab belakang yang bersifat pribadi. Bagian ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang erat dari pihak pemilik rumah.
Struktur Rumah Adat Tradisional Kebaya
Dari sisi konstruksinya, rumah budbahasa Betawi terbilang mempunyai banyak keunikan. Beberapa keunikan tersebut antara lain sanggup dilihat dari bab pondasi, atap, pendopo, dinding, dan lain sebagainya. Berikut ini klarifikasi dari beberapa bab rumah tersebut.
1.Pondasi rumah terbuat dari susunan kerikil alam yang dibuat mirip umpak. Pondasi ini menyangga tiang-tiang rumah yang mengokohtegakan berdirinya bangunan
.
2.Atap umumnya terbuat dari material genteng tanah atau anyaman daun kirai, dibuat mirip pelana dengan kemiringan bab depan yang sangat rendah.
Material yang dipakai untuk menutup atap rumah ialah genteng atau atep (daun kirai yang dianyam), konstruksi kuda-kuda dan gording (balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda) memakai kayu gowok (Syzygium Polycephalum) atau kayu kecapi (Sandoricum Koetjape), balok tepi, terutama diatas dinding luar memakai kayu nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk yang sudah tua, sedangkan kaso (balok kayu dengan ukuran 4cm x 6cm atau 5cm x 7cm yang berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan ukuran 2cm x 3cm atau 3cm x 4cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng) memakai bambu tali, yakni bambu yang batangnya (setelah dibelah-belah) sanggup dijadikan tali. Bambu yang dipakai sebagai kaso ialah bambu utuh dengan diameter ± 4cm, sedangkan yang dipakai untuk reng ialah bambu yang dibelah.
3.Pendopo atau teras dibuat cukup luas dilengkapi meja kursi. Bagian teras dan luar rumah dipisahkan dengan susunan pagar kayu yang dibuat berbentuk segitiga simetris.
4.Konstruksi gording dan kuda-kuda terbuat dari material kayu gowok dan kayu kecapi, sedangkan balok tepi terbuat dari kayu nangka.
5.Kaso dan reng yang dipakai sebagai dudukan atap terbuat dari bambu tali. Kaso berupa bambu utuh, sedangkan reng berupa bambu yang dibelah 4.
6.Dinding terbuat dari material kayu nangka yang dicat memakai warna cerah, mirip kuning atau hijau.
Material yang dipakai untuk dinding depan ialah kayu gowok/kayu nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau Dinding rumah lainnya memakai materi anyaman bambu dengan atau tanpa pasangan bata dibagian bawahnya. Daun pintu/jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horizontal (jalusi ialah pintu yang memilik lubang udara pada pintu yang menciptakan sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruang yang tertutup, mirip pada kamar mandi) pada bab atasnya atau pada keseluruhan daun pintu/jendela.
7.Ada kalanya dinding juga terbuat dari anyaman bambu sepenuhnya, atau anyaman bambu yang dipadukan dengan dinding semen di separuhnya.
8.Daun pintu dan jendela dibuat berukuran lebar dengan lubang udara yang tersusun secara horizontal. Pintu semacam ini juga dikenal dengan istilah pintu jalusi.
9.Bahan yang dipakai untuk pondasi rumah ialah kerikil kali dengan sistem pondasi umpak (pondasi rumah/tiang yang terbuat dari batu) yang diletakkan dibawah setiap kolom, sementara untuk landasan dinding dipakai pasangan kerikil bata dengan kolon dari kayu nangka yang sudah tua.
Ragam Hias
Rumah Betawi umumnya mempunyai ragam hias yang sangat spesifik.Ragam hias ini biasa dibuat untuk dinding pembatas teras, untuk hiasan dinding, tapi terutama dipakai untuk menutup lubang ventilasi pada dinding depan
Fungsi Bagian Ruangan Rumah Adat Tradisional Kebaya
Setiap rumah niscaya mempunyai ruangan-ruangan yang dipakai untuk tujuan tertentu. Dan setiap ruangan tersebut ada yang bersifat pribadi atau untuk umum. Adapun ruangan yang ada di rumah Kebaya :
Teras depan daerah dingklik untuk tetamu serta bale-bale (kursi yang terbuat dari kayu jati) untuk bersantai dikenal juga dengan nama Amben. Ruang ini banyak dipakai oleh anggota keluarga.
Lantai pada teras depan ini diberi nama Gejogan. Ia wajib dibersihkan sebagai wujud penghormatan pada tamu. Gejogan atau lantai teras ini dianggap sakral atau dikaramatkan oleh masyarakat Betawi alasannya bekerjasama eksklusif dengan tangga berjulukan balaksuji, penghubung rumah dengan area luar.
Ruangan selanjutnya ialah kamar tamu yang juga dikenal dengan nama Paseban. Tepi paseban dipagari dengan pintu masuk di tengahnya.Pintu itu diberi gesekan dan tingginya sekitar 80 cm. Sedangkan tepi atapnya diberi renda mirip kebaya.Paseban berfungsi pula sebagai daerah ibadah.
Bagian selanjutnya dari rumah budbahasa Betawi ini ialah Pangkeng. Ia merupakan ruang keluarga yang dipisahkan oleh dinding-dinding kamar
ruang-ruang lain yang difungsikan sebagai ruang tidur.
Terakhir ialah dapur yang letaknya paling belakang. Dapur bagi orang Betawi dikenal dengan nama Srondoyan
Demikian Keunikan Sejarah Rumah Adat Tradisional Kebaya Betawi DKI Jakarta