KODE IKLAN DFP 1 Kisah Biografi Sejarah Usaha Pangeran Diponegoro Pendekar Nasional Juga Seorang Ulama | Ruang Belajar siswa kelas 10

Kisah Biografi Sejarah Usaha Pangeran Diponegoro Pendekar Nasional Juga Seorang Ulama

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro Pahlawan Nasional Juga Seorang Ulama Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro Pahlawan Nasional Juga Seorang Ulama
Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro Pahlawan Nasional Juga Seorang Ulama Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro Pahlawan Nasional Juga Seorang Ulama Kisah Biografi Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro Pahlawan Nasional Juga Seorang Ulama

Pangeran Diponegoro yakni salah satu satria nasional keturunan dari Keraton Yogyakarta

Pangeran Diponegoro lahir pada tanggal 11 November di Yogyakarta. Pangeran Diponegoro adalah putra pertama dari Hamengkubuwana III yang pada dikala itu menjabat sebagai Raja ke tiga di Kesultanan

Pangeran Diponegoro, yakni satria nasional yang juga seorang kiai seorang Ulama. Menurut Syekhina Wamurbbi Ruhina Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Pekalongan, Pangeran Diponegoro itu selain sebagai tokoh politik juga merupakan Mursyid Thoriqoh yang masyhur.

Sorban Pangeran Diponegoro, merupakan simbolisasi dari seorang Mursyid Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsabandiyah. Tetapi terkadang kita mengenalnya hanya sebagai satria semata.

Biografi Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun.

Diponegoro yakni putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwa ampeyan (selir) berjulukan R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro berjulukan kecil Raden Mas Ontowiryo.

Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak harapan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri. Diponegoro memiliki 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.

Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo daerah tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai semenjak kepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang gres berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian ibarat itu tidak disetujui Diponegoro.

Perang Diponegoro (1825-1830)

Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah di Indonesia. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa. Salah faktor besar lengan berkuasa yang menghipnotis terjadinya Perang Diponegoro yakni dikala pihak Belanda memasang patok di tanak milik Diponegoro di desa Tegalrejo.

Setelah kekalahan Belanda dalam Perang Napoleon di Eropa, pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha menutup kekosongan keuangan mereka dengan memberlakukan pajak di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia Belanda (Indonesia). Belanda juga melaksanakan monopoli perdagangan untuk memaksimalkan keuntungan. Pajak­ dan praktek monopoli tersebut yang dilakukan oleh Belanda menciptakan rakyat Indonesia menderita.

Tidak hanya itu, untuk memperkuat kekuasaan dan perekonomiannya, Belanda mulai berusaha untuk menguasai kerajaan-­kerajaan di Nusantara, salah satu di antaranya yakni Kerajaan Yogyakarta. Ketika Sultan Hamengku Buwono IV wafat, kemenakannya, Sultan Hamengku Buwono V yang gres berusia 3 tahun, diangkat sebagai Raja Kesultanan sehingga menciptakan pemerintahan pada waktu itu dipegang oleh Patih Danureja bersama Residen Belanda.

Pangeran Diponegoro memulai pemberontakannya terhadap keraton alasannya Patih Danuredjo sangat gampang dipengaruhi dan tunduk kepada Belanda. Belanda banyak mengubah susunan tata cara kehidupan di Keraton. Sejak dikala itulah pemberontakan dilakukan oleh Diponegoro alasannya ia menganggap bahwa Belanda tidak menghargai adab istiadat setempat dan menarik pajak kepada masyarakat setempat untuk kepentingan pihak Belanda.

Perang yang terjadi antara pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro dengan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jendral De Kock. Perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro untuk menentang Belanda menerima pemberian dari rakyat. Atas saran dari pamannya, ia menciptakan sebuah markas di Gua Selarong. Semenjak dikala itu, ia mulai menyatakan untuk perang melawan Belanda. Perang Sabil itulah nama perlawanan dari Diponegoro yang memiliki maksud "perlawanan menghadapi kaum kafir".

Perang Sabil membawa efek hingga luas hingga ke wilayah Jawa. Salah satu seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Gua Selarong. Perjuangannya menerima pemberian dari Sunan Pakubuwana VI dan Raden Tumenggung Prawiradigdaya Bupati Gagatan.

Belanda juga melaksanakan sayembara untuk penangkapan Pangeran Diponegoro, yang dimana siapa yang sanggup menangkap Pangeran Diponegoro akan diberi hadiah oleh Belanda mengingat dikala peperangan yang dimulai pada tahun 1825 hingga 1830 tersebut dia sering berpindah-pindah tempat.

Pada tahun 1827, Belanda melaksanakan penyerangan terhadap Diponegoro dengan memakai sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap.

Pada tanggal 28 Maret 1830, dikala Jenderal De Kock menciptakan sebuah negosiasi yang dimana ia meminta semoga eksklusif bertemu dengan Pangeran Diponegoro di Magelang, namun dalam negosiasi tersebut Belanda sudah menyiapkan rencana untuk menangkap Diponegoro. Beliau menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggotanya dilepaskan.

Diponegoro mengalami pengasingan selama beberapa kali mulai dari Ungaran, Batavia, Manado, hingga Makassar. Pada tanggal 8 Januari 1855, dia meninggal dunia di Benteng Rotterdam. Selama berlangsungnya peperangan ini Belanda mengalami kerugian dari segi finansial dan pasukan yang gugur dikala berperang


Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, dia memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adab istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.

Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, menerima simpati dan pemberian rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan menciptakan markas di sebuah goa yang berjulukan Goa Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya yakni perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir.

Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa efek luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.

Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.

Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang sanggup menangkap Diponegoro. Sampai akibatnya Diponegoro ditangkap pada 1830.

Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh Kyai Maja, pemimpin spiritual peperangan, Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Alibasya serta putra Pangeran Diponegoro berjulukan Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melaksanakan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.

Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa.

Oleh alasannya itu, kita harus mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena yang memperjuangkan bangsa ini yakni para ulama, kiai-kiai, dan pejuang muslim yang tak sempat dianugrahi bintang gerilnya.

Demikian Kisah Biografi Sejarah Pangeran Diponegoro Pahlawan Nasional Juga Seorang Ulama
KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2