KODE IKLAN DFP 1 Keunikan Sejarah Rumah Budbahasa Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat | Ruang Belajar siswa kelas 10

Keunikan Sejarah Rumah Budbahasa Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Keunikan Sejarah Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat Keunikan Sejarah Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat
Keunikan Sejarah Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat Keunikan Sejarah Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat Keunikan Sejarah Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat

Rumah adab Kasepuhan Cirebon sebagai Rumah Adat Jawa Barat disebut juga dengan Keraton Kasepuhan.

Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan rumah panggung memakai atap daun dengan bilik bambu dan tiang kayu, atau juga sanggup berarti harus memakai bahan-bahan alami. bab rumah terbagi dalam 5 (lima) tahapan ibarat umpak, kolong, beuteung, para dan hateup, semua mempunyai fungsi yang telah dirancang leluhur untuk guna dan manfaat penghuninya.

Didirikan dengan oleh Pangeran Cakrabuana sekitar tahun 1529 serta.

Beliau merupakan putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Keraton semenjak ini merupakan ekspansi dari Keraton itu Pakungwati, yang merupakan keraton yang telah ada sebelumnya.

Bentuk rumah panggung Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Jawa Barat

1. Umpak, memakai kerikil menahan korelasi pribadi dengan tanah sehingga tidak menciptakan kayu menjadi cepat lapuk dan menahan serangan rayap.

 2. Kolong, selain berfungsi untuk peternakan dimana ayam dan angsa sanggup di simpan didalamnya, juga menciptakan jarakA  dengan tanah. pemahaman kami perihal tanah yakni bumi bernafas, siang hari menarik panas dan malam hari mengeluarkan panas , sebuah proses alami perihal terbentuknyaA  energi bumi.leluhur telah tetapkan dalam tatanan hukum adab yang dikala disadari ternyata lebih kondusif dan lebih sehat dibanding rumah yang pribadi kontak dengan tanah.

 3. Beuteung atawa eusi [perut dan isi] yang menjadi bab tengahnya, mnggunakan bahanA  bilik bambu. materi yang sangat elastis dan fleksibel dengan kekuatan yang telah dibuktikan oleh para arsitektur modern sekarang, bahwa bambu mempunyai kekuatan dan kelenturan yang jauh lebih baik dibanding besi dan baja sekalipun.

4. Para yakni kawasan penyimpanan materi kuliner dan bibit-bibitan berada di bab atasnya dapur, walaupun berwarna hitam alasannya jelaga tetapi materi makan akan terjaga kondisinya dikala disimpan di para. sebelum ada refregerator atau kulkas, leluhur telah mewariskan kawasan yang paling konndusif untuk menyimpang segala materi kuliner dan gudang. belakangan banyak dibicarakan perihal teknologi pengasapan sebagai cara yang terbaik untuk penyimpanan materi makanan, kemudian kini ini digali lagi dan dikembangkan kerena nilai kesehatan dan keawetannya.

5. Hateup atau atap. harus memakai materi dedaunan, rupanyawarisan ini sebagai penghormatan terhadap alam sebagai guru, dengan menggandakan dan menempat lam diposisinya itulah yang terbaik untuk hidup dan kehidupan manusia. Disini posisi daun menempati posisi paling atas dalam bangunan adat, kayo yakni penopang, dan kerikil menjadi dasar, sedangkan tanah seharusnya berada di posisi paling bawah. d

Dibawah ini yakni bagian-bagian ada yang terdapat dalam Keraton Kasepuhan:

1. Pintu Gerbang Utama
Terdapat dua pintu gerbang yang pertama terletak di sebelah utara, sedangkan yang kedua yakni berada di selatan kompleks. itu Gerbang utara disebut Kreteg Pangrawit berupa jembatan, sedangkan itu di sebelah selatan disebut LawangSanga (pintu sembilan).

2. Bangunan Pancaratna
Terletak disebelah kiri depan itu kompleks arah Barat dan berfungsi sebagai kawasan seba atau kawasan yang menghadap para pembesar desa atau kampung yang diterima oleh Demang atau Wedana.


3. Bangunan Pangrawit
Bangunan ini terletak di kiri depan kompleks dengan posisi menghadap arah Utara.serta Nama Pancaniti berasal dari dua kata yaitu panca berarti jalan, dan niti dari yang berarti mata atau raja atau atasan. Fungsinya yakni sebagai kawasan perwira melatih itu prajurit, kawasan istirahat, dan juga sebagai kawasan pengadilan.


Kompleks dalam keraton kasepuhan Cirebon dibagi menjadi 3 bab dalam hal ini, yaitu:

1. Halaman Pertama
Setelah melalui Pancaratna dan Pancaniti selanjutnya akan memasuki halaman pertama. Untuk itu memasukinya, sanggup melewati Gapura Adi atau Gapura Banteng. Gapura itu Adi ini berada di utara Siti Inggil.

Halaman pertama merupakan kompleks Siti Inggil dan terdapat beberapa bangunan itu lagi, antara lain:

a. Mande Pendawa Lima
bangunan yang berfungsi dalam untuk kawasan duduk pengawal Raja.

b. Mande Malang Semirang
Bangunan yang berfungsi dalam sebagai kawasan duduk raja timadu menyaksikan program di alun-alun.

c. Mande Semar Timandu
Bangunan yang berfungsi itu sebagai kawasan duduk penghulu atau penasehat raja.

d. Mande Karesmen
Bangunan sebagi wadah/ kawasan menampilkan kesenian untuk raja.

e. Mande Pengiring
Bangunan yang berfungsi itu sebagai kawasan mengiring raja.

f. Bangunan Pengada
Bangunan itu yang berfungsi sebagai kawasan membagi berkat dan kawasan investigasi sebelum menghadap raja.

2. Halaman kedua
Halaman ini dibatasi dengan tembok bata. Pada sisi pagar bab Utara terdapat dua gerbang, yaitu yakni Regol Pengada dan gapura lonceng. Regol serta Pengada merupakan pintu gerbang masuk halaman ketiga dan berbentuk paduraksa. Gapura itu Lonceng terdapat di sebelah Timur Gerbang Pangada

a. Halaman Pengada
Halaman Pengada berfungsi untuk memarkirkan kendaraan atau menambatkan kuda. Di halaman itu dahulu ada sumur untuk memberi minum kuda.

b. Halaman kompleks Langgar Agung
Merupakan halaman di mana terdapat bangunan kompleks Langgar Agung. Bangunan itu Langgar Agung menghadap ke arah Timur lalu. Langgar ini berfungsi sebagai kawasan ibadah kerabat keraton. Bangunan Langgar dan nah Agung dilengkapi pula dengan Pos Bedug Somogiri. Bangunan itu yang menghadap ke Timur ini berdenah bujursangkar berukuran 4 x 4 m yang di dalamnya terdapat bedug (tambur). Bangunan itu tanpa dinding dan atap berbentuk limas, epilog atap didukung 4 tiang utama dan 5 tiang pendukung.

3. Halaman Ketiga
Ini merupakan merupakan kompleks inti Keraton Kasepuhan. Di dalamnya yakni terdapat beberapa bangunan seperti:

a. Taman Bunderan Dewandaru.
Memiliki arti dari namanya, bunder, yang sanggup berarti sepakat. Dewa berarti ilahi dan ndaru artinya itu cahaya. Arti keseluruhan yakni “orang yang menerangi sesama mereka yang masih hidup dalam masa kegelapan”.

b. Museum Benda Kuno
Bangunan yang menghadap Timur berbentuk “E”. Terdapat itu 2 pintu untuk memenuhi bangunan tersebut. Di sini disimpan benda-benda kuno Keraton Kasepuhan.

c. Museum Kereta
Bangunan ini menghadap barat dan teat di Timur Taman Bunderan Dewandaru. Di Museum itu Kereta tersimpan kereta-kereta dan barang lainnya.

d. Tunggu Manunggal
Bangunan itu berupa kerikil pendek yang dikelilingi 8 buah pot bunga yang melambangkan Tuhan yang satu zat sifatnya.

e. Lunjuk
Bangunan ini menghadap Timur dan yang berfungsi melayani tamu dalam mencatat dan melaporkan urusannya menghadap raja.

f. Sri Manganti
Bangunan ini berada di Timur tugu manunggal berbentuk bujursangkar. Bangunan itu terbuka tanpa dinding. Bangunan itu berjulukan Sri Manganti alasannya arti sri artinya raja, manganti artinya itu menunggu. Sehingga artinya secara keseluruhan kawasan menunggu keputusan raja.

g. Bangunan Induk Keraton
Bangunan induk keraton merupakan kawasan acara Sultan, dalam itu bangunan ini terdapat beberapa ruangan dengan fungsi yang itu berbeda, yaitu :

h. Kuncung dan Kutagara Wadasan.
Kuncung berupa bangunan itu yang digunakan parkir kendaraan sultan.

i. Jinem Pangrawit
Bangunan yang berfungsi sebagai serambi keraton. Nama jinem Pangrawit itu berasal dari kata jinem atau kajineman berarti kawasan kiprah dan Pangrawit berasal dari kata rawit berati kecil, halus atau itu bagus. Ruangan ini digunakan sebagai kawasan Pangeran Patih dan wakil sultan dalam mendapatkan tamu.

j. Gajah Nguling
Ruangan tanpa dinding dan terdapat 6 tiang lingkaran bergaya tiang tuscan. Bentuk ruangan itumengambil bentuk gajah yang sedang Nguling dengan belalainya yang bengkok. Ruangan itu dibangun oleh Sultan Sepuh IX pada tahun 1845.

k. Bangsal Pringgandani
Ruangan yang berada di sebelah selatan ruangan Gajah Nguling yang berfungsi sebagai kawasan menghadap para Bupati Cirebon, dan Kuningan, Indramayu dan Majalengka. Sewaktu-waktu itu digunakan pula sebagai kawasan sidang warga keraton.

l. Bangsal Prabayasa
Berada di selatan bangsal Pringgandani. “Prabayasa” berasal itu dari kata praba artinya sayap dan yasa artinya besar. Kata-kata itu tersebut mengandung arti bahwa Sultan melindungi rakyatnya dengan kedua tangannya yang besar. Pada dinding ruangan itu terdapat relief yang diberi nama Kembang Kanigaran berarti lambing kenegaraan. Maksudnya itu Sri Sultan dalam pemerintahannya harus welas asih pada rakyatnya.

m. Bangsal Agung Panembahan
Ruangan yang berada di selatan dan satu meter lebih tinggi dari bangsal Prabayaksa. Fungsinya itu sebagai singgasana Gusti itu Panembahan. Ruangan ini masih orisinil dan belum ada perubahan semenjak dibangun tahun 1529.

n. Pungkuran
Merupakan ruangan itu serambi yang terletak di belakang Keraton dan berfungsi sebagai kawasan meletakan sesaji pada waktu peringatan Maulid Nabi Muhamad.

o. Bangunan Dapur Maulud
Berada di depan Kaputren itu dengan arah hadap Timur yang berfungsi sebagai kawasan memasak persiapan peringatan Maulid Nabi SAW.

p. Pamburatan
Bangunan yang berada di selatan Kaputren. Pambuaran itu artinya menggurat atau mengerik. Bangunan itu berfungsi sebagai kawasan mengerik kayu-kayu bau (kayu untuk boreh) untuk kelengkapan selamatan Maulud Nabi SAW.

Demikian Keunikan Sejarah Rumah Adat Tradisional Keraton Kasepuhan Jawa Barat

KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2