KODE IKLAN DFP 1 Kisah Rujukan Nabi Shaleh As Dan Mukjizat Unta Betina Kepada Kaum Tsamud | Ruang Belajar siswa kelas 10

Kisah Rujukan Nabi Shaleh As Dan Mukjizat Unta Betina Kepada Kaum Tsamud

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Kisah referensi Nabi Shaleh as dan mukjizat unta betina kepada Kaum Tsamud Kisah referensi Nabi Shaleh as dan mukjizat unta betina kepada Kaum Tsamud
Kisah referensi Nabi Shaleh as dan mukjizat unta betina kepada Kaum Tsamud  Kisah referensi Nabi Shaleh as dan mukjizat unta betina kepada Kaum Tsamud Kisah referensi Nabi Shaleh as dan mukjizat unta betina kepada Kaum Tsamud

Nabi Shaleh AS  ia ialah putra dari 'Ubaidah bin Tsamud bin 'Amir bin Iram bin Sam bin Nuh AS. Nabi Shaleh AS diutus ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas reruntuhan kaum ‘Ad. Bangsa Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum ‘Ad. 


Setelah kaum Aad binasa, negeri mereka menjadi tandus dan kering. Kemudian negeri ini dibangun kembali oleh kaum Tsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur.

Akan tetapi ibarat kaum pendahulunya, kaum Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri. Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang berpengaruh menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak mau mendengarkan dakwah Nabi Shaleh AS.

Nabi Shaleh AS Adalah nabi dan rasul ke  5 yang diutus kepada Kaum Tsamūd. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 2100 SM. Dia telah diberikan mukjizat yaitu seekor unta betina yang dikeluarkan dari celah watu dengan izin Tuhan yakni bagi memperlihatkan kebesaran Tuhan kepada kaum Tsamud. 


Malangnya kaum Tsamud masih mengingkari pemikiran Shaleh, mereka membunuh unta betina tersebut. Akhirnya kaum Tsamud dibalas dengan azab yang amat dahsyat yaitu dengan satu tempikan dari Malaikat Jibril yang mengakibatkan badan mereka hancur berai.

Tsamud ialah suku yang merupakan serpihan dari bangsa Arab oleh jago sejarah dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam kaum Yahudi. Kaum ini tinggal di dataran berjulukan “Al Hijr” terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai oleh suku Aad yang telah binasa alasannya ialah dilanda angin angin ribut yang dikirim oleh Tuhan sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud as.

Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh suku Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan ternak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang rata dan dipahatnya dari gunung.


Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram, sejahtera, dan bahagia, merasa kondusif dari segala gangguan alam dan mengaku bahwa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.

Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan yang sebenarnya. Tuhan mereka ialah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berkorban, kawasan mereka meminta proteksi dari segala bala dan peristiwa alam dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan. 


Mereka tidak sanggup melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang sanggup mereka jangkau dengan panca indera.

Dakwah kepada kaum Tsamud

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya utusan dari sisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar.


Demikian pula Tuhan tidak akan menurunkan azab dan siksaan kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjuk oleh-Nya dengan mediator seorang yang dipilih untuk menjadi utusan-Nya. Sunnatullah ini berlaku juga kepada kaum Tsamud, yang kepada mereka telah diutus Nabi Saleh, seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, populer tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.

Dikenalkan mereka oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatutnya mereka sembah, Tuhan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membuat mereka, membuat alam sekitar mereka, membuat tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka, membuat binatang-binatang yang memberi manfaat dan berkhasiat bagi mereka dan dengan demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin. 


Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan dan bahaya.

Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa ia ialah seorang dari mereka, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mereka ialah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia ialah seketurunan dan sesuku dengan mereka. Beliau mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka.


Nabi Sholeh menerangkan kepada mereka bahwa ia ialah utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mereka ialah amanat Tuhan yang harus ia sampaikan kepada mereka untuk kebaikan mereka sewaktu hidup dan setelah mereka mati di alam abadi kelak.


Beliau berharap kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan anjurkan supaya mereka segera meninggalkan penyembahan kepada patung berhala itu dan percaya beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon keampunan kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka lakukan. Tuhan maha bersahabat kepada mereka dengan mendengarkan doa mereka dan memberi keampunan kepada yang bersalah apabila dimintanya.

Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang gres yang tidak diduga akan tiba dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak ditolaknya undangan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:”Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, pikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. 


Pada dirimu kami melihat gejala kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami menuntaskan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan tetapi segala keinginan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? 

Engkau menghendaki supaya kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami semenjak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya alasannya ialah seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai omong kosongmu bahkan mewaspadai kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu.”

Nabi Saleh memperingatkan mereka supaya jangan menentangnya dan supaya mengikuti ajakannya beriman kepada Tuhan yang telah mengaruniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang menerima siksaan dan azab dari Tuhan alasannya ialah menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. 


Hal yang serupa itu sanggup terjadi ke atas mereka jikalau mereka tidak mau mendapatkan dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara nrimo dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah dari mereka atas usahanya itu. Ia hanya memberikan amanah Tuhan yang ditugaskan kepadanya dan Allah-lah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.

Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakannya terdiri dari orang-orang yang berkedudukan sosial lemah mendapatkan dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mereka yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap keras kepala dan menyombongkan diri menolak undangan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:” Wahai Saleh! Kami mengira bahwa engkau telah dirasuk syaitan dan terkena sihir.


Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan pikiranmu sudah kacau sehingga engkau tidak sadar telah mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk nalar dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih sempurna dan lebih pandai untuk menjadi nabi atau rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. 

Jika engkau merasa bahwa engkau cerdas dan cergas dan mengaku bahwa engkau tidak memiliki arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca penyembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang bau tanah kami lebih dahulu.

Nabi Saleh menjawab: ” Aku telah berulang-ulang menyampaikan kepadamu bahwa saya tidak mengharapkan sesuatu apapun dari kalian sebagai jawaban atas usahaku memberi penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini. Yang saya lakukan semata-mata atas perintah Tuhan dan dari-Nya kelak saya harapkan jawaban dan ganjaran untuk itu dan bagaimana saya sanggup mengikutimu dan menelantarkan kiprah dan amanah Tuhan kepadaku, padahal saya talah memperoleh bukti-bukti yang faktual atas kebenaran dakwahku. 



Janganlah sesekali kau harapkan bahwa saya akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan penyembahan nenek moyang kami yang jahil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari marah dan azab Tuhan jikalau saya berbuat demikian? Sesungguhnya kau hanya akan merugikan dan membinasakan saya dengan seruanmu itu.”

Setelah gagal dan berhasil menghentikan perjuangan dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin ulet menarik orang-orang mengikutnya dan berpihak kepadanya, para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin usang makin menerima perhatian terutama dari kalangan bawah dan menengah dalam masyarakat. 


Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk menerangkan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau insiden luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.

Mukjizat Nabi Shaleh

Nabi Saleh sadar bahwa tantangan kaumnya yang menuntut bukti darinya berupa mukjizat itu ialah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tantangan dan tuntutan mereka. 


Nabi Saleh membalas tantangan mereka dengan menuntut kesepakatan dengan mereka apabila dia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa mereka akan meninggalkan agama dan penyembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.

Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Tuhan supaya memberinya suatu mukjizat untuk menerangkan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tantangan kaumnya yang masih keras kepala itu. Ia memohon dari Tuhan dengan kekuasaan-Nya membuat seekor unta betina dikeluarkan dari perut sebuah watu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.

Maka sesaat kemudian dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah watu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.

Dengan menunjuk kepada binatang yang gres keluar dari perut watu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: ” Inilah dia unta Allah, janganlah kau ganggu dan biarkanlah dia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah, dia memiliki giliran untuk mendapatkan air minum dan kau memiliki giliran untuk mendapatkan minuman bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Tuhan akan menurunkan azab-Nya apabila kau mengganggu binatang ini.”

Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa menerima gangguan dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. 


Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu tiba minum, tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal mana menjadikan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin mencicipi bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.

Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan imbas Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilangkan banyak keraguan dari kaumnya. 


Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang bermaharajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.

Unta Nabi Shaleh dibunuh

Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh apabila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang berpengaruh untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka, muncullah tiba-tiba seorang janda darah biru yang kaya raya yang akan mengalah dirinya kepada siapa yang sanggup membunuh unta Saleh. 


Di samping janda itu ada seorang perempuan lain yang memiliki beberapa putri cantik-cantik memperlihatkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.

Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua perempuan itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki berjulukan Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif bersiap-siap akan melaksanakan pembunuhan demi meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan kebanggaan yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.

Dengan pinjaman tujuh orang lelaki bersembunyilah kumpulan itu di suatu kawasan di mana biasanya dilalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi kawasan ia minum. Begitu unta Nabi Sholeh yang tidak berdosa itu melintas segeralah dipanah betisnya oleh Musadda’ yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.

Dengan perasaan gembira pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota memberikan isu matinya unta Nabi Saleh yang menerima sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seperti mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang- gemilang. Berkata mereka kepada Nabi Saleh, “Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jikalau engkau termasuk orang-orang yang benar.”

Nabi Saleh menjawab, “Aku telah memperingatkan kalian, bahwa Tuhan akan menurunkan azab-Nya kepada kalian jikalau kalain mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya azab yang telah Tuhan janjikan dan telah saya sampaikan kepada kalian. Kalian telah menentang Tuhan dan terimalah kelak akhir tantanganmu kepada-Nya. Janji Tuhan tidak akan meleset. Kalian sanggup bersuka-ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Tuhan dan takdir-Nya yang tidak sanggup ditunda atau dihalang.”

Ada kemungkinan berdasarkan jago tafsir bahwa Tuhan melalui rasul-Nya, Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, manatahu mereka sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada seruan Nabi Saleh untuk menyembah Allah.

Akan tetapi dalam kenyataannya tempo tiga hari itu bahkan menjadi materi usikan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.

Turunnya azab Allah

Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Tuhan yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidur, wajah mereka menjadi kuning dan akan berkembang menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Tuhan yang pedih.

Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaum kelompok sembilan orang yaitu kelompok pembunuh unta merencanakan melaksanakan pembunuhan ke atas diri Nabi Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu. 


Mereka mengadakan pertemuan belakang layar dan bersumpah bersama akan melaksanakan planning pembunuhan itu di waktu malam, di ketika orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jikalau diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rencana mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapapun kecuali kesembilan orang itu sendiri.

Ketika mereka tiba ke kawasan Nabi Saleh untuk melaksanakan planning jahatnya di malam yang gelap-gelita dan sunyi-senyap jatuhlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tiba dari langit dan yang seketika merobohkan mereka ke atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Tuhan telah melindungi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.

Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Tuhan berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah kawasan di Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.

Kisah Saleh dalam al-Quran

Kisah Nabi Saleh telah diceritakan dengan 72 ayat dalam 11 surah ibarat pada surah Al-A’raf, ayat 73 hingga 79:

“…dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah tiba bukti yang faktual kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Tuhan ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kau mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kau akan ditimpa siksaan yang pedih”, dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kau pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah kaum ‘Aad dan memberikan kawasan bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kau pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Tuhan dan janganlah kau merajalela di muka bumi membuat kerusakan. 



Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, “Tahukah kau bahwa Shaleh di utus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya.” Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, “Sesungguhnya kami ialah orang yang tidak percaya kepada apa yang kau imani itu.” 

Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku besar kepala terhadap perintah Tuhan, dan mereka berkata, “Hai Shaleh, datangkanlah apa yang kau ancamkan itu kepada kami, jikalau (betul) kau termasuk orang-orang yang diutus (Allah).” Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di kawasan tinggal mereka. Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata, “Hai kaumku sesungguhnya saya telah memberikan kepadamu amanah Tuhanku, dan saya telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kau tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat.”
—Al-A’raf 7:73-79


Nabi Shaleh Berhijrah

Adzab Tuhan SWT telah menghancurkan negeri Tsamud. Nabi Shaleh As kemudian pindah ke negeri Hadramaut. Menurut riwayat, mereka yang terlepas dari adzab Tuhan SWT berjumlah 120 orang. Mereka hidup di kawasan yang gres hingga kematian datang.

 Hikmah Kisah Nabi Shaleh AS

1. Dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat yang negatif sanggup membinasakan masyarakat itu seluruhnya.

1. Kekayaan dan kemakmuran hidup hendaknya tidak membuat kita lalai dari mengingat Allah.

3. Bersikap hirau tak hirau terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata sanggup diartikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu.

2. Tuhan tidak segan-segan akan menimpakan adzab kepada suatu kaum yang membangkang dan durhaka.

3. Tuhan akan menyelamatkan orang yang beriman kepada-Nya dan menganugerahi mereka dengan karunia dan jawaban yang tak terhingga.

Demikian Kisah referensi Nabi Shaleh as dan mukjizat unta betina kepada Kaum Tsamud

baca juga artikel



KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2